Menghidupkan suasana Agama dalam Rumah Tangga

Salah satu tujuan dari pernikahan dan perkawinan adalah untuk mencptakan suatu kehidupan rumah tangga yang sakinah, rumah tangga yang tenteram dan bahagia lahir dan batin. Rasulullah Saw. menuntun umat Islam dalam membina rumah tangga sakinah dengan memantapkan lima ciri dan sebaliknya menghindarkan lima ciri yang lainnya yaitu : “Apabila Allah menghendaki keluarga rumah tangga itu mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan, ada lima ciri pembinaan keluarga (yaitu) suasana keluarga rumah tangga itu harus hidup beragama; orang muda menghormati yang lebih tua; mereka mencari penghidupan rezeki dengan lembut (tidak tama’ dan tidak serakah); mereka menafkahkan hartanya tidak boros dan tidak kikir (tetapi sederhana); dan segala kebaikan dan kekurangan mereka segera instropeksi diri agar cepat bertaubat kepada Allah”
            Selanjutnya hindarilah cara hidup keluarga yang sebaliknya dari lima ciri di atas yaitu :
1.      Jangan lupa kepada Allah.
Bila suami dan isteri serta anggota keluarga itu lupa kepada Allah, tidak mengamalkan ajaran agama, tidak taat beragama, mereka akan terbawa hanyut dan akan kehilangan pegangan hidup.
“Janganlah kamu menjadi orang yang lalai dan lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa diri, dan merekalah yang fasik.”
Mendekatkan diri kepada Allah dengan sikap cinta dan akrab kepada-Nya, akan melahirkan kehidupan keluarga yang tenang dan tenteram
2.      Jangan durhaka kepada orang tua.
Bila kesibukan orang tua setiap hari ditujukan untuk mengejar kesenangan lahir, suami mencari prestasi di kantor dan isteri meninggalkan fitrah-nya sebagai perempuan karena ingin menjadi wanita karier  di dalam masyarakat. Itulah nanti yang akan menyebabkan kian hari kian longgar hubungan batin antara suami dan isteri dan berkembang antar ibu dan bapak dengan anak-anaknya serta sesama anak-anak yang bersaudara adik dan kakak. Mereka asyik mencari apa yang sesuai dengan selera masing-masing.
Sehingga nanti ibu dan bapak akan kehilangan kehangatan dan kewibawaan terhadap anak-anaknya, dan anak-anaknya kehilangan akhlak dan sopan santun terhadap orang tua. Itulah sikap yang mendorong anak muda tidak menghormati orang tua.
3.    Jangan mencari rezeki dengan serakah.
Manusia yang lupa kepada Allah, mencari rezeki dengan sikap serakah, rakus dan tama’. Walaupun rezeki mereka terbuka dengan lapang dan luas, namun mereka tetap merasa kekurangan. Ibarat orang minum air laut, semakin diminum semakin terasa haus dan dahaga. Mereka akan tertipu oleh bayangan fatamorgana. Maka jangan cari rezeki dengan cara serakah melalui jalan yang tidak dibenarkan oleh ajaran syari’at Islam.
4.      Jangan terlambat bertaubat.
Mereka yang lupa kepada Allah, apabila mendapat rezeki maka mereka gunakan harta itu untuk berfoya-foya, berbuat mubadzir, tama’ dan serakah temannya adalah setan.
Mereka yang dalam pergaulan hidup telah berjalan dan melangkah ke arah yang keliru dan salah, mereka yang telah memuncak lupanya kepada Allah tidak segera bertaubat dan beristighfar kepada Allah SWT.
Pasangan hidup suami dan isteri itupun jika terdapat khilaf dan salah, tidak segera saling memberi dan menerima maaf, mereka dihinggapi penyakit riya’ dan takabbur. Hilanglah kesempatan introspeksi diri, merasa dialah yang paling benar. Bisa saja berpantang ruju’ keliru langkah berpantang surut. Tampaklah pengendalian rumah tangga mereka itu dengan keserakahan dan kesombongan, yang tercipta adalah kegelisahan dan kerusuhan yang berakhir kepada perpisahan da perceraian.
Maka pasangan suami isteri yang taqwa dan shalihah dengan tuntunan agama hendaklah segera bertaubat jika ada salah dan khilaf.
            Perhatikanlah tuntunan Rasulullah dan waspadalah terhadap peringatan SAW. di atas. Jangan lakukan perbuatan yang bertentangan ddengan petunjuk Allah dan Sunnah Rasulullah SAW. Bersiaplah membangun rumah tangga bahagia dan sejahtera dengan ucapan : “Mulailah perjalanan membangun rumah tangga dengan nama Allah dan akhiri dengan nama-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”

0 komentar: