Pengajian remaja,masihkah remaja tertarik?(Antara ada dan tiada)

            Berangkat dari pola pikir, "Amalkanlah ilmu yang kamu miliki walau hanya satu ayat", maka kewajiban menyerukan dan menyebarluaskan "dienul islam" memang wajib hukumnya dilakukan oleh setiap muslim kepada muslim lainnya.
             Remaja dalam islam memang salah obyek terpenting dalam penanaman aqidah islamiyah yang benar. Tetapi melihat realita yang ada dan berkembang diabad modern sekarang, kita tentu jarang melihat ada sekelompok anak muda yang tertarik untuk melakukan kajian keagamaan. Mereka lebih tertarik duduk berlama lama "kongkow" dipinggir jalan dengan teman segank sambil menggoda anak perawan lewat, nonton bioskop atau mungkin yang lebih keren lebih memilih untuk "ngeband", karena dianggap lebih gaul dan keren. Atau mungkin ada juga yang lebih memilih duduk didepan televisi sambil menonton tayangan televisi, yang lebih banyak merusak aqidah daripada mendidik.

            Ketika era 80-90'an tentu kita masih bisa melihat didesa-desa, remaja masih tekun untuk pergi ke surau (langgar) untuk sejenak berkumpul dengan teman sebaya membahas soal-soal keagamaan, dari mulai rencana tahlil keliling sampai pembentukan berbagai macam kepanitiaan peringatan hari besar islam. Sekarang kita akan sangat jarang menemui pemandangan seperti itu lagi. Sekarang remaja desa lebih tertarik pergi ke kota dengan bekal skill seadanya, walaupun pada akhirnya mereka hanya bekerja sebagai buruh kasar atau sektor domestik dengan upah yang tidak seberapa.S edangkan surau  (langgar) kembali lengang oleh aktifitas keagamaan, hanya akan nampak segelintir lansia dishof depan saat iqomah berkumandang tanda sholat jamaah akan segera dimulai.
              Dalam Al-Qur'an Surat An-Nisa' ayat 9 Allah mengamanahkan bahwa kita diharuskan meninggalkan generasi yang kuat secara ekonomi, fisik dan aqidah. Dengan merujuk pada firman Allah tersebut, setiap orang tua/generasi dituntut untuk mempersiapkan generasi yang "kuat" aqidahnya. Tetapi realita yang ada, keberadaan pengajian remaja semakin menjadi barang langka, dan sudah tidak menjadi prioritas utama dalam pengembangan generasi islami.

Siapa yang salah?
             Melihat realita yang ada memang sudah tidak saatnya untuk saling menyalahkan, kalau kita tidak mau akhirnya menyesal karena ternyata perilaku remaja islam semakin jauh dari aqidah, karena tidak ada yang memberi perhatian dan motivasi lebih bagi mereka. Generasi muda adalah tanggung jawab kita bersama, dari elemen yang paling kecil keluarga (dalam hal ini tentu orang tua), sebagai motivator utama dan pondasi keagamaan bagi anak-anak mereka, masyarakat dan tentunya lembaga-lembaga keagamaan yang berkompeten, sehingga remaja mampu mengaktualisasikan diri dalam kegiatan keagamaan dan terarah.

Kemasan pengajian remaja
                Ketika kita mau membeli barang, salah satu yang membuat kita tertarik untuk membeli adalah kemasan (packing) yang menarik. Kemasan yang menarik akan membuat pembeli tertarik untuk mencoba. Sekarang kita juga banyak melihat berbagai model tabligh di TV dikemas dengan format yang menarik. Maka sudah saatnya kita juga mampu mengemas pengajian remaja yang bisa membuat remaja tertarik dan tidak terpaksa untuk mendatangi. Menjadi tugas kita bersama unutuk dapat mewujudkannya agar kita dapat meninggalkan generasi muda yang kuat secara aqidah, yang tidak mudah tergerus berbagai model pergaulan yang amoral dan melenceng dari aqidah Islamiyah.Amin

0 komentar: